KETAMAKAN BERBUAH MALAPETAKA
Oleh : Rahman Ali, ST
Pada zaman dahulu kala, ada seorang
nelayan menggunakan perahu mencari ikan di Sungai Batang Limun tepatnya di
daerah Lubuk Guci sekarang ini. Nelayan ini menggunakan pancing sebagai alat
menangkap ikan. Pada saat asyik memancing, dirinya dikejutkan mata kailnya
terkait sesuatu.
Nelayan inipun akhirnya menarik
perlahan pancing yang ia gunakan. Tak diduga, ternyata pada mata kailnya
terkait rantai berbahan emas. Dirinyapun menarik rantai itu secara
perlahan-lahan. Pada saat menarik rantai emas ini dirinya melihat kedalam
lubuk, diujung rantai emas ini terdapat Guci yang juga berbahan emas dengan
kilaunya yang menawan. Nelayan ini pun dengan cepatnya terus menarik rantai
emas ini, pada saat sedang asyik menarik rantai emas, tepat di atas perahu
nelayan ini terbanglah seekor Elang. Elang ini mengingatkan si Nelayan untuk
memutus rantai emas itu. “Putuskan-putuskan,” kata si Elang. Namun nelayan tak
menghiraukan perkataan si Elang, dirinya terus berupaya menarik rantai emas,
dengan harapan mendapatkan ujung dari rantai emas yaitu Guci yang juga berbahan
emas. Semakin gigih perjuangan si Nelayan karena dalam penglihatannya Guci emas
sudah semakin dekat. Namun si Elang tak berhenti mengingatkan Nelayan untuk
memutuskan rantai emas itu.
“Putuskan-putuskan,” kata si Elang
lagi, mengingatkan Nelayan. Si Nelayan tetap tak menghiraukan perkataan si
elang, dan terus menarik rantai emas itu, dengan harapan mendapatkan Guci emas.
Tidak disangka ternyata rantai emas yang telah ditarik oleh si nelayan telah
memenuhi perahu dan membuat perahunya tak dapat lagi menampung dan akhirnya
tenggelam. Tubuh si nelayan inipun terlilit rantai emas hingga akhirnya dirinya
ikut tenggelam bersama perahu dan rantai emasnya. Inilah kisah sejarah dibalik
nama Lubuk Guci yang terletak di Dusun Elang Menari Desa Pulau Pandan Kecamatan
Limun Kabupaten Sarolangun Propinsi Jambi.