SAROLANGUN - Harga karet di Kabupaten Sarolangun yang
sebelumnya berkisar Rp10.000 ribu kini turun menjadi Rp 8000 ribu per kilogram.
Akibatnya petani karet menjerit karena berimbas terhadap melemahnya perekonomian
mereka.
"Anjloknya harga jual karet,
tentunya berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat di Kabupaten Sarolangun dan
sekitarnya. Untuk beli pupuk saja kadang harus mengutang sama toke, karena
tidak sesuai dengan harga karet," keluh seorang petani karet, Rohimah
(30), kepada Info Sarolangun Minggu (26/8).
Dikatakan, turunnya harga karet ini membuat petani banyak menahan atau tidak menjual karetnya sambil menunggu harga naik, namun ada juga yang tetap melepas dengan alasan untuk kebutuhan sehari-hari.
"Harga beberapa pekan ini terus turun dan merosot, banyak warga yang menahannya, namun tetap ada sebahagian menjualnya, karena alasan untuk kebutuhan sehari-hari," ungkapnya.
Aris (29) petani karet lainnya juga mengeluhkan merosotnya harga karet hingga mencapai harga terendah sehingga pendapatannya jauh berkurang.
"Getah karet tidak bertambah, sementara harga terus merosot. Kami sebagai petani karet mulai malas menyadap, begitu juga tukang sadap sudah banyak yang tidak mau bekerja sebagai penyadap. Sebab, hasil menyadap tidak mampu lagi untuk menopang kehidupan rumah tangga, apalagi dalam sistem upah menyadap dengan memakai sistem bagi hasil," terangnya.
Keduanya berharap, harga karet jangan sampai anjlok lagi, karena sebagian besar masyarakat disini sangat bergantung dengan kebun karet. Kalau harga anjlok tentu saja sangat merugikan petani.